SILAHKAN DIBACA YA !!!Agar Puasa Tidak Sia-Sia



Banyak kaum muslimin orang yang bahagia menyambut bulan suci Ramadhan. Menyembutnya dengan berbagaimacam ekspresi dan tingkat kebahagiaan. Kaum muslimin melaksanakan puasa dan bersemangat menahan makan dan minum. Akan tetapi sebagian kaum muslimin hanya fokus kepada menahan makan dan minum saja. Perlu diketahui bahwa ada beberapa hal yang bisa membuat puasa seseorang menjadi sia-sia atau minimal pahalanya berkurang dan sebagian kaum muslimin kurang paham mengenai hal ini.
Karenanya Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda,
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Thbrni, sahih lighairihi)
Berikut beberapa hal yang menyebabkan puasa menjadi sia-sia, pahalanya berkurang atau tidak berpahala sama sekali.
1. Niat puasa yang tidak ikhlas
Bisa jadi seseorang niat puasanya hanya sekedar ikut-ikutan atau bahkan gengsi kalau tidak puasa. Atau puasa karena nanti ada acara buka bareng yang sebelumnya ia malas puasa.
Maka hendaknya puasa kita niatkan ibadah hanya kepada Allah Ta’ala, dan setiap orang diberi ganjaran sesuai niat puasanya
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Muslim)

2. Berkata-kata yang tidak baik dan berkata kotor
Ada dari sebagian kaum muslimin mungkin ia mampu menahan lapar dan dahaga akan tetapi belum tentu ia mampu menahan lisannya. Selama puasa ia sering berkata-kata yanga tidak baik, berkata kotor, menggunjing, menggibah dan mengadu domba. Bakan ada yang beteriak-teriak tidak jelas dan membuang-buang energi pada hal yang sia-sia.
Hal ini sebaiknya kita hidari selama berpuasa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Apabila seorang diantara kalian berpuasa maka janganlah ia berkata kotor, berteriak-teriak (bertengkar), dan bertindak bodoh. Jika ada orang yang mencela atau mengajaknya bertengkar maka katakanlah : ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa (dua kali)’ ” (HR. Bukhari dan Muslim)
Menjaga ucapan tidak ahanya diperintahkan ketika berpuasa saja akan tetapi setiap saat dan setiap waktu.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (Hadits Arbain An-Nawawiyah)
Dan memang lisan adalah kunci seseorang, ketika ia bisa menjaga lisannya maka selamatlah ia.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
Siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, niscaya aku menjamin surga baginya. (H.R. Bukhari)
Dan termasuk dalam ini adalah berkata-kata dusta. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan langsung mengenai hal ini,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903)
Dan termasuk di dalamnya juga adalah banyak berkata-kata yang sia-sia, tiddak jelas dan tidak bermanfaat. Begitu juga dengan perkataan yang maaf “jorok dan porno”. Hal ini dilarang terlebih terkait dengan puasa yang dilakukan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ
Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah, shahih)

3. Sering melakukan kemaksiatan dan tidak berusaha melawan dan menguranginya
Telah kita ketahui bahwa puasa bukan saja menahan dari makan dan minum saja akan tetapi juga menahan diri dari syahwat, menahan diri dari perbuatan maksiat. Ada sebagian kaum muslimin tetap melakukan kemaksiatan yang sering ia lakukan, ia tidak berusaha mengurangi atau melawannya, ia tidak memanfaatkan momentum puasa Ramadhan untuk lepas.
Hikmah berpuasa adalah agar kita menjadi orang yang bertakwa, menjadi orang yang takut kepada Allah ketika akan bermaksiat. Sebagaimana yang Allah firmankan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa juga telah diwajibkan atas umat-umat sebelum kalian, agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa” (QS. Al Baqarah : 183)
Contoh kemaksiatan yang sering dilakukan adalah merokok (dan masih banyak contoh yang lainnya).
Sering kita lihat bahwa orang-orang tetap merokok selama puasa atau jika tidak merokok maka ia segera merokok ketika berpuasa atau ketika akan berbuka puasa
Merokok jelas merupakan keharaman karena bisa merusak kesehatan dan membinasakan diri sendiri
Sudah sangat jelas bahwa Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ
Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan“. (QS. Al Baqarah: 195).
Dan sudah sangat jelas bahkan tercantum dalam bungkus rokok bahwa merokok itu berbahaya bagi kesehatan. Kita tidak boleh berbuat hal yang bahaya dan membahayakan.
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا ضَرَرَ ولا ضِرارَ
Tidak boleh memulai memberi dampak buruk (mudhorot) pada orang lain, begitu pula membalasnya.” (HR. Ibnu Majah, shahih)
Demkian juga kemaksiatan yang lainnya, maka hendaknya seorang muslim berusaha melawannya dan meminimalkannya.

Penutup
Hendaknya kita benar-benar memperhatika puasa kita karena ibadah puasa adalah ibadah yang istimewa di mana Allah sendiri yang akan membalasnya dengan pahala yang telah Allah janjikan sebagaimana firman Allah dalam hadits qudsi
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ كُلُّ الْعَمَلِ كَفَّارَةٌ إِلاَّ الصَّوْمَ وَالصَّوْمُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ
Allah ‘azza wa jalla berfirman (yang artinya), “Setiap amalan adalah sebagai kafaroh/tebusan kecuali amalan puasa. Amalan  puasa adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya”.”(HR. Ahmad, shahih)

Subscribe to receive free email updates: